Mengenal Istilah Black Friday dan Fakta Unik Dibaliknya

Mengenal Istilah Black Friday dan Fakta Unik Dibaliknya

recode.ID – Istilah Black Friday mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat Indonesia. Hal tersebut wajar mengingat istilah ini hanya ada di Amerika Serikat. Namun dengan seiring berkembangnya waktu, istilah ini pun mulai dikenal luas oleh masyarakat di seluruh dunia.

Lantas apa sebenarnya Black Friday tersebut? Mengutip dari laman Wikipedia, Black Friday adalah nama atau istilah tidak resmi untuk hari setelah Hari Thanksgiving di Amerika Serikat, yang biasanya jatuh pada hari Kamis keempat pada bulan November setiap tahunnya, yang dianggap sebagai awal dari musim belanja Natal negara itu.

Biasanya dalam event black friday ini, para peritel, e-commerce, toko, dan perusahaaan jasa dan pelaku bisnis yang lain akan menawarkan diskon besar-besaran sehingga tidak jarang pembeli akan berebut untuk mendapatkan barang yang diinginkan.

Di Indonesia sendiri, ada salah satu event yang mirip dengan event Black Friday yakni Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional). Bedanya, hanya para e-Commerce atau toko online saja yang biasanya akan memberikan sejumlah promo khusus termasuk potongan harga.

Meskipun Indonesia tidak menggelar event Black Friday, tidak ada salahnya untuk mengetahui sekilas tentang fakta di balik gelaran yang paling ditunggu rakyat USA ini. Penasaran? Berikut ini ada beberapa di antaranya:

1. Awalnya Digunakan untuk Menyebut Kondisi Pasar Saham yang Hancur

Walau saat ini, Black Friday lebih dikenal sebagai hari belanja terbesar yang ada di Amerika Serikat. Namun, istilah ini sebenarnya sudah pernah dipakai pada tahun 1800-an. Istilah Black Friday ini sendiri pertama kali muncul di Amerika Serikat pada 24 September 1869. Saat itu, istilah ini dipakai untuk menggambarkan kondisi pasar saham yang berantakan.

2. Pernah Berganti Nama Menjadi Big Friday

Salah satu kota yang ada di Amerika Serikat yang mempopulerkan istilah Black Friday adalah Philadephia. Pada awalnya, istilah ini bernama Black Friday digunakan oleh anggota kepolisian setempat untuk menggambarkan kurewatan yang terjadi saat orang-orang berbelanja.

Namun sejak 1961, para penjual tidak setuju dengan istilah tersebut dan mereka memilih mengganti nama dari Black Friday menjadi Big Friday. Namun ternyata, istilah Big Friday itu tidak bertahan dan istilah Black Friday yang lebih dikenal luas hingga saat ini.

3. Tidak Begitu Populer Di Amerika Serikat Sebelum tahun 90-an

Banyak yang mengira istilah ini sudah lama digunakan dan populer di Negera Adidaya tersebut. Namun faktanya istilah Black Friday sendiri merupakan istilah lokal yang dipakai warga di kota Philadelphia. Kemudian, lambat laun istilah ini mulai menyebar dipakai di kota-kota sekitarnya, seperti New Jersey pada 1980.

Menurut executive editor  dari laman Vocabulary.com, Benjamin Zimmer menyebut bahwa istilah Black Friday ini baru dipakai secara umum di seluruh Amerika Serikat pada 1990-an.

4. Baru Diakui Sebagai Event Belanja Terbesar pada 2001

Meski istilah ini sudah muncul sejak ratusan tahun yang lalu di AS, namun istilah Black Friday sebenarnya baru mendapatkan pengakuan tersebut pada awal 2000-an. Alasannya, warga Amerika Serikat dianggap lebih senang berbelanja mendekati hari Natal.

Sehingga event Black Friday ini akhirnya menjadi even kalender tahunan untuk warga Amerika Serikat belanja besar-besaran jelang perayaan Natal untuk setiap tahunnya.

5. Black Friday Kini Sudah Mendunia dan Jadi Event Internasional

Tidak hanya di Amerika Serikat, event Black Friday pun mulai di kenal masyarakat dunia dan mulai dipopulerkan di beberapa negara.

[artikel number=3 tag=”viral” ]

Meski menggunakan istilah atau nama yang berbeda di tiap negara, namun pada dasarnya even tersebut tetap mengambil momen dan waktu yang bersamaan dengan event Black friday yang di gelar di AS. Misalnya istilah El Buen Fin di Meksiko dan Black Friday di Kanada, Singles Day yang di gelar di Tiongkok dan diprakarsai oleh Alibaba.

(azzahra)

Pos terkait