recode.ID – Berbicara masalah kesehatan, dalam dunia digital sudah lebih dulu di kenal platform aplikasi kesehatan berbasis aplikasi mobile yang cukup populer yakni Halodoc Konsultasi Dokter serta Alodokter.
Namun, keberadaan dua startup kesehatan sebelumnya itu harus siap tersaingi dengan kehadiran startup baru di bidang kesehatan yang bernama Prixa.
Berbeda dengan Halodoc maupun Alodokter, Prixa mengklaim jika layanan kesehatan yang mereka berikan akan lebih canggih dan solutif berkat penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence).
Menurut penjelsan dari Dokter Kafi Khaibar Lubis, mengatakan jika sistem periksa tepat berbasis AI ini menata ulang berbagai keahlian dan pengalaman tim dokternya.
Dengan begitu, menurut Dokter Kafi maka pemeriksaannya akan menjadi terpadu dan lebih terukur.
Saat ini, tim Prixa telah mengumpulkan informasi lebih dari 60 jenis penyakit serta gejala yang ditimbulkannya. Data-data itu kemudian akan dikombinasikan dengan teknologi AI milik mereka yang nantinya diklaim oleh Prixa dapat mendeteksi 3.600 lebih kemungkinan.
“Prixa ini berbasis big data dan AI, semakin banyak diakses maka semakin akurat hasil prediksinya,” jelas Dokter Kafi.
Selain layanan dalam pemerikasaan kesehatan berbasis teknologi kecerdasan buatan, startup kesehatan ini juga menyediakan saran emergency call ke rumah sakit kepada pasien yang sedang dalam keadaan genting atau butuh bantuan.
Perusahaan rintisan ini juga mengembangkan dua pilar layanan yaitu sistem klaim asuransi online terintegrasi dan manajemen risiko. Dengan menggunakan layanan dari Prixa, akan memudahkan klaim asuransi dari yang mulanya manual menjadi sistem berbasik digital atau elektronik.
Dalam hal manajemen risiko, pihak Prixa akan memberi pertimbangan dan saran kepada penggunanya perihal tindakan medis yang harus dilakukan apabila di temukan kondisi pasien yang cukup gawat.
Prixa Atasi Kesenjangan Jumlah Dokter dengan Pasien.
Lebih lanjut Dokter Kafi menyampaikan, jika penggunaan teknolgi AI bertujuan mengatasi kesenjangan jumlah dokter dengan pasien.
Dengan jumlah penduduk di Indonesia mencapai 267 juta jiwa. Namun,saat ini ternyata satu orang dokter melayani 4.000 populasi warga.
Padahal, menurut rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) seharusnya satu dokter maksimal menangani 1.000 pasien saja.
Sementara di satu lain, terungkap fakta bahwa rata-rata masyarakat Indonesia memiliki lebih dari satu perangkat smartphone dalam setiap keluarga. Oleh karena itu, menurutnya penggunaan teknologi seperti AI bisa menjadi solusi untuk mengatasi persoalan kesenjangan yang cukup signifikan ini.
CEO Prixa Dokter James Roring menambahkan, AI membantu pasien mengambil keputusan untuk pergi ke rumah sakit atau tidak. “Itulah prinsip dari telemedicine yang menyambungkan dokter dengan pasien yang jauh,” kata dia. Pasien tidak perlu mengunduh aplikasi Prixa.
Pasien hanya perlu mengunjungi laman resmi Prixa dan mengisi beberapa data pribadi seperti usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan lain-lain. Kemudian menuliskan keluhannya.
Dari keluhan itu akan muncul pertanyaan lanjutan yang cukup dijawab oleh pasien dengan pilihan ‘ya’, ‘tidak’, atau ‘tidak tahu’. Jumlahnya tergantung dari variabel keluhan pasien, namun rerata 15. Prixa akan memunculkan beberapa dugaan penyakit dan bagaimana cara menanganinya.
Saat pasien berkunjung ke rumah sakit mitra Prixa, dokter sudah mengetahui keluhan pasien. James mengatakan, perusahaannya menarget pengguna usia 25-45 tahun. “Kami berharap Prixa memudahkan dan mengefisienkan proses pelayanan kesehatan di Indonesia. Data dari Indonesia untuk Indonesia,” kata dia.
Untuk mendanai dan monetisasi startup dibidang kesehatan ini, kedepan Prixa akan bekerja sama dengan asuransi dan penyedia jasa kesehatan. Dalam hal ini, perusahaan mengatakan bahwa pasien bakal dimudahkan mengajukan klaim asuransi secara online.
source: katadata dengan gubahan seperlunya.